SIREKAP yang makin SIKAREP
Oleh: Dr. KRMT Roy Suryo
Saya ingin menyampaikan bahwa saya sengaja menahan diri untuk belum menulis tentang Sistem Informasi Rekapitulasi Pemilu (SIREKAP) selama seminggu terakhir. Hal ini bukan karena adanya tekanan yang saya alami dari berbagai pihak, melainkan karena saya ingin memberikan kesempatan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk menunjukkan niat baiknya, terutama saat kita memasuki bulan suci Ramadan 1445 H saat ini.
Namun, setelah menunggu hampir seminggu lamanya, niat baik KPU untuk menampilkan kembali Grafik & Rekapitulasi perhitungan di Situs Resminya tidak terwujud hingga tulisan ini dibuat pada hari Pertama Puasa Ramadan, 12 Maret 2024. Dengan demikian, status SIREKAP saat ini menjadi semakin meragukan, karena hanya mampu menampilkan Hasil Scan C-Hasil.
Sebagaimana diketahui bersama, selama seminggu terakhir, Grafik dan Rekapitulasi secara tiba-tiba menghilang dari situs KPU, dan kini hanya ditampilkan hasil pemindaian atau foto C-Hasil yang ada. Proses penghilangan Data Publik ini dilakukan tanpa pengumuman sebelumnya, yang kebetulan bersamaan dengan gangguan layanan Facebook & Instagram saat itu.
Ketika media mengonfirmasi apakah ada kaitan dengan gangguan layanan Facebook & Instagram, saya dengan tegas menyatakan bahwa penghilangan data tersebut bukanlah akibat gangguan teknis, melainkan tindakan sengaja untuk menghilangkan data tanpa pengumuman sebelumnya. Hal ini juga sebagai upaya untuk menguji kejujuran KPU dalam menyampaikan informasi, mengingat sebelumnya terdapat banyak informasi yang membingungkan masyarakat.
Pada Selasa minggu lalu (05/03/24), salah satu Komisioner KPU dengan inisial IK menyatakan bahwa Grafik dan Hasil Rekapitulasi dari Tiap TPS sengaja dihilangkan dengan alasan untuk menjaga masyarakat dari informasi yang tidak akurat. Hal ini terlihat sangat tidak masuk akal, mengingat KPU sendiri mengakui bahwa data yang ditampilkan di Situs resminya tidak akurat sejak Pemilu digelar pada 14/02/24.
Tindakan menghilangkan Grafik dan Rekapitulasi SIREKAP ini dianggap berbahaya karena dapat disalahgunakan untuk mengubah perolehan suara partai tertentu, yang semula kecil, menjadi di atas ambang batas parlemen 4% dan masuk ke Senayan. Ada banyak kecurigaan terhadap anomali dalam perolehan suara beberapa partai, dan hal ini menjadi perhatian serius.
Kesimpulannya, tidak mengherankan jika masyarakat bergerak untuk mengawasi kejadian ini dengan lebih cermat. Meskipun demikian, saya tetap yakin bahwa teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI), tidak akan bertindak semena-mena tanpa ada orang di baliknya yang memberikan arahan. Saya juga percaya bahwa kebenaran akan terungkap pada akhirnya.
Dr. KRMT Roy Suryo, Pemerhati Teknologi Informasi, Multimedia, dan Otonomi Daerah Independen