Gerakan Nasional Indonesia Gemilang

HIJRAH: MOMENTUM INDONESIA BANGKIT MENJADI NEGARA MAJU (Bagian 1)

BAGIAN 1, Oleh : Legisan Samtafsir

Tanggal 1 Hijriyyah 1446 baru saja berlalu. Kita mengetahui, bahwa suatu peristiwa besar yang bernama HIJRAH, yang terjadi pada 1446 tahun lalu itu telah mengubah sejarah dunia. Itulah hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah. Tentu saja, ada berjuta makna dan pesan yang dapat kita ambil dari peristiwa itu, untuk kehidupan dan pembangunan peradaban kita hari ini.

Relevansi Hijrah di Era Ini

Apakah dengan spirit 1 Hijriyah ini berarti kita akan pindah ke negeri lain? Tidak. Pindah menjadi bangsa lain? Tidak. Menjadi peradaban lain? Tidak. Spirit Hijrah saat ini adalah mendorong kita pindah dari tradisi dan pemikiran yang usang kepada pemikiran dan tradisi yang lebih fresh, segar, produktif dan lebih bermartabat. Dalam bidang apa?, Segalanya, ya politik, ekonomi, pendidikan, hukum, komunikasi dan pranata sosial.

Kita sangat menyadari bahwa problematika kehidupan berbangsa kita, saat ini, berada pada titik nadir yang mengkhawatirkan. Berbagai indikator perlambatan ekonomi, pengangguran, melemahnya daya beli masyarakat, kemiskinan, deindustrialisasi, kesejahteraan masyarakat, kerawanan kejahatan, narkoba, perceraian, keputusasaan masyarakat, galaunya para generasi baru akan masa depan mereka, semuanya adalah fakta yang semakin menguat untuk kita hadapi.

Maka perayaan hari besar keagamaan di negeri kita, harus mampu menjawab problematika itu, karena memang agama adalah solusi kehidupan. Perayaan Tahun Baru Hijriyyah, tidak boleh menjadi hanya sekadar seremonial saja, tetapi haruslah menjadi momen kita bangkit menjadi negara maju, dengan kesejahteraan dan keadilan bagi semua.

Pertama, hijrah pada era material, digital dan global saat ini, dengan keadaan ummat Islam di Indonesia yang lamban dan rentan, sejatinya memaksa kita semua untuk harus pindah dari tradisi antroposentrisme kepada teosentrisme. Apa itu? Simpelnya, pindah dari pemikiran yang berorientasi pada hubbud dunya kepada orientasi pada mahabbah ilallah.

Apa itu? Pindah dari berkiblat kepada dunia menjadi berkiblat kepada Allah; dari mencintai dunia menjadi mencintai Allah. Bagaimana aplikasinya? Pastikan keimanan kita kepada Allah, mantab; sehingga tujuan hidup, orientasi, sandaran dan kebahagiaan kita adalah Allah.

Bagaimana caranya? Berikan dan persembahkan yang terbaik dari dirimu kepada sesama, kepada kehidupan semesta, sebagai wujud kecintaanmu kepada Allah. Ciptakan oleh dirimu kebaikan dan kebermanfaatan untuk masyarakat, semata-mata karena pengabdianmu kepada Allah.

Pointnya, bermula dari kita mencintai Allah. Tingkat keimanan kita jangan lagi pada level dasar yang standart, hanya percaya, tetapi harus pada level teratas menyentuh level keimanan nya Nabi Ibrahim kekasih Allah (khalilullah). Artinya semakin kita mencintai Allah, maka sejatinya, semakin pula kita berikhtiar memberikan yang terbaik kepada sesama, dengan lebih baik dan lebih berkualitas.

Misalnya, manajer dan direktur yang mencintai Allah, akan lebih amanah dan berintegritas. Suami dan isteri yang mencintai Allah, akan saling lebih memberikan kebahagiaan. Karyawan dan pegawai yang mencintai Allah, akan lebih bertanggungjawab penuh menghasilkan output yang terbaik. Mahasiswa dan pemuda yang mencintai Allah, akan lebih menggunakan waktunya untuk menciptakan prestasi yang memukau bagi masyarakat.

Kemudian, lihat hasil kumulatifnya, maka kehidupan bersama kita akan lebih dinamis, produktif dan berkemajuan. Orang-orang akan berlomba menciptakan prestasi yang bermanfaat bagi kehidupan, sebagai wujud mereka mencintai Allah. Dengan demikian, mencintai Allah akan menghasilkan cinta dan kasih sayang, yang lebih kepada sesama.

Inilah keimanan yang produktif, keimanan yang memberikan buah bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.

Kedua, spirit hijrah saat ini harus mendorong kita untuk pindah dari tradisi ritual ibadah yang hanya fokus pada prosesnya, menjadi ditambah dengan fokus pada hasilnya (outcome-nya). Maksudnya, jangan hanya cukup pada pemenuhan syarat dan rukunnya, tetapi juga tambahkan upaya pencapaian outputnya. Kita tentu mengharapkan pahala ritualnya, tetapi kita perlu mengupayakan pengaruhnya pada karakter dan perilaku.

Itulah hijrah dalam rangka penguatan ibadah ritual kepada aktual, dari ibadah mahdah ke ghairu mahdah, dari menghadapkan wajah ke qiblat Ka’bah kepada menghadapkan profesi dan pekerjaan ke qiblat Allah, dan dari ibadah yang pasif kepada yang aktif dan produktif.

Spirit hijrah seperti itu akan besar artinya bagi perubahan perilaku dan kehidupan secara menyeluruh. Indonesia sebagai bangsa, memerlukan transformasi amal-amal ibadah yang dapat menggerakkan progressivitas dan kemajuan.

Masyarakat harus kita dorong tidak hanya melulu puas melihat hitungan pahala yang banyak dari amalan ritual, tetapi haruslah lebih puas melihat dinamika kemajuan peradaban yang lebih baik. Outcome dari amalan sholat, puasa, zakat, haji, dzikir dan juga tilawah Quran, haruslah berdampak pada perilaku dan karakter bangsa yang lebih progressif (bersambung..)

https://indonesiagemilang.or.id

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*
*