
Bela Palestina & Paradoksalitas Masjid Istiqlal
Oleh Agus Wahid
Jutaan orang memadati Tugu Monas, pada 5 November kemarin. Untuk menunjukkan sikap jelas: membela perjuangan bangsa Palestina dari cengkeraman Zionis Israel. Inilah pesan politik moral dari Jakarta kepada dunia. Sebagai refleksi keberpihakan atas persoalan kemanusiaan yang sudah dirampas hak-hak hidupnya selama puluhan tahun. Sebuah refleksi yang sangat sejalan dengan spirit konstitusi kita yang anti penjajahan di muka bumi.
Namun, di tengah heroisme kemanusiaan itu, ada hal menarik untuk kita kritisi secara spisifik. Itulah perlakuan petugas sekuriti Masjid Istiqlal yang mengusir sebagian hadirin acara Bela Palestina. Kita perlu mencatat, petugas satpam hanya pelaksana atau menjalankan perintah. Maka, kita layak mempertanyakan, siapakah yang memerintah (mengusir para peserta Bela Palestina)? Mungkinkah Ketua Dewan Pengurus Masjid Besar yang pasti seorang Muslim? Apakah Imam Besar Masjid Istiqlal ada andil dalam pengusiran itu? Atau, “tangan jahil” Menteri Agama Yaqut Cholil Qaumas? Atau, bahkan adanya instruksi rezim?
Sekali lagi, Satpam hanya petugas pelaksana. Maka, tidak pada tempatnya utnuk memaki sang Satpam yang mengusir saudara-saudara kita yang berteduh di Masjid Istiqlal karena turun hujan. Maka, sosok yang perlu kita sorot adalah pemegang otoritas Masjid Istiqlal. Dalam hal ini juga kita mempertanyakan apakah Ketua Dewan Masjid dan atau Imam Besar Masjid yang memerintahkan pengusiran itu?
Jika kita menggunakan logika sosial-keagamaan, maka sangat kecil kemungkinannya pemegang otoritas operasional Masjid Istiqlal yang memerintahkan pengusiran itu. Landasannya, para pemegang otoritas itu (Dewan Pengurus Masjid dan Imam Besar Masjid Istiqlal) sang muslim taat, yang sangat memahami fungsi sosial dan keagamaan masjid. Namun demikian, juga tidak tertutup kemungkinan kedua pemegang otoritas Masjid Istiqlal itu telah terkontaminas oleh lingkaran penguasa dzalim.

Namun demikian, ada logika yang lebih makes sense atau memungkinkan yang sangat erat dengan panorama pengusiran warga pasca ikut acara Bela Palestina di Jakarta kemarin. Ada dua kemungkinan. Pertama, Menteri Agama patut diduga sebagai aktor yang melarang Masjid Istiqlal dijadikan tempat berlindung dari terpaan air hujan. Dugaannya tak lepas dari rekam jejak Yaqut Cholil Qaumas yang lebih condong simpatinya ke Israel. Karenanya, ada benang merah yang cukup jelas antara sikap politiknya selama ini dengan tindakan pengusiran terhadap orang-orang yang tidak pro Palestina. Korelasi itu juga dapat dibaca dengan jelas sejalan dengan posisi Yaqut memang punya otoritas terhadap masjid negara secara langsung, yang bernama Masjid Istiqlal. Dengan otoritasnya, dia dapat memerintahkan Dewan Masjid bahkan Imam Besarnya untuk melakukan hal-hal yang tak dikehendaki itu.