
Duet Anies-Muhaimin, Pemersatu Indonesia

Rasanya, pilpres sudah selesai, dan pemenangnya adalah Anies-Muhaimin. Wow..!! Mengapa? Karena semua kelompok pemilih, dari tingkat mana pun, bahkan hingga tingkat akar rumput, akan memilih pasangan ini yang sangat mempersatukan. Mereka adalah duet pemersatu Indonesia.
Pernyataan ini tidak dimaksudkan untuk mengurangi semangat perjuangan semua pihak, terutama relawan dan partai Koalisi (Nasdem, PKS, dan PKB), tetapi lebih sebagai penekanan bahwa saat ini semua kekuatan rakyat akan berkumpul mendukung pasangan Anies-Muhaimin.
Alasan pertama adalah mayoritas rakyat akar rumput di Jawa dan di luar Jawa, yang mayoritasnya berbasis NU, akan mendukung Muhaimin. Sementara kelompok di luar NU, yang telah berafiliasi dengan Muhammadiyah, PKS, dan Partai Ummat, serta kelompok Muslim perkotaan, akan cenderung mendukung Anies. Mungkin hanya kelompok kaum abangan dan pendukung partai yang tidak memiliki afiliasi yang jelas yang akan tersisa, dan jumlah mereka tidak signifikan.
Dengan demikian, hampir semua suara dari akar rumput dan kelas menengah perkotaan akan tertuju pada Koalisi perubahan yang baru ini.
Alasan kedua, duet Anies-Muhaimin akan menghilangkan polarisasi masyarakat yang telah berlangsung lama, seperti yang ditulis oleh Ichsanuddin Noorsy (dalam “Bangsa Yang Terbelah” pada tahun 2022). Surya Paloh bahkan menyebutnya sebagai ‘selamat tinggal politik cebong-kampret’. Duet Anies-Muhaimin akan mengurangi konflik tersebut, dan tidak akan ada lagi kelompok yang berafiliasi ke cebong atau kampret. Selama ini, mereka yang menyebut kelompok lain sebagai kampret adalah mereka yang mendukung rezim penguasa, sedangkan yang menyebut kelompok lain sebagai cebong adalah yang tampaknya mendukung oposisi. Sekarang, kekuatan perubahan dan kekuatan status quo telah bersatu, dan bersama-sama menuju tema yang sama, yaitu ‘perbaikan’ untuk hal-hal yang perlu diubah dan mempertahankan yang sudah baik.
Alasan ketiga, Anies yang diakar rumput di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) telah bersatu dengan Muhaimin yang diakar rumput di PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia). Bayangkan kolaborasi antara HMI dan PMII untuk tujuan yang sama, yaitu kejayaan Indonesia. Ini akan membawa kesegaran dalam proses kaderisasi kepemimpinan di kampus dan membawa pemikiran politik yang lebih mencerahkan ke lingkungan kampus.
Alasan keempat, perbedaan pemikiran antara Islam tradisional NU dan Islam Modernis akan segera memudar. Stigma Islam kultural NU akan bergabung dan saling melengkapi dengan tradisi pemikiran Islam ideologis. Selama ini, masyarakat dengan latar belakang NU selalu berlawanan dengan pemikiran yang diusung oleh PKS. Dengan duet Anies-Muhaimin, diharapkan NU dapat memudarkan ketegangan dengan PKS, dan sebaliknya.
Alasan kelima, duet Anies-Muhaimin akan menyatukan semua komponen bangsa seperti yang dilakukan oleh Gajah Mada dengan Nusantara. Dan tidak kebetulan, keduanya adalah lulusan Universitas Gajah Mada. Anies dari Studi Ilmu Ekonomi dan Muhaimin dari Sosial Politik. Artinya, ini mengirim pesan bahwa di masa depan, Indonesia harus dibangun di atas dasar Politik Ekonomi Nasional, bukan politik ekonomi liberal.
Duet Anies-Muhaimin memberikan harapan baru bagi kita, yaitu Indonesia yang lebih bersatu dalam misi dan visi kemajuan dan kejayaan. Semua ini dimulai dengan kemenangan Anies-Muhaimin sebagai Presiden RI. Fa’tabiru, ya ulil albab.
(Legisan Samtafsir, Ketum Indonesia Gemilang)